Lezatnya Tahu Campur Lamongan, Cita Rasa Tradisi yang Tak Pernah Pudar

 

Gerobak tahu campur

Surabaya – Tahu campur, makanan khas dari Lamongan, Jawa Timur, terus eksis sebagai salah satu kuliner yang digemari masyarakat. Dengan racikan sederhana tapi sarat cita rasa, hidangan ini menawarkan kelezatan yang tak lekang oleh waktu. Salah satu penjaja yang setia melestarikannya adalah Bapak Hari, yang telah menekuni usaha ini sejak 2002.

“Tahu campur itu masakan dari Lamongan. Dulu yang mulai Mbah saya, lalu diteruskan Bapak, dan sekarang saya yang nerusin. Sudah turun-temurun,” ujar Bapak Hari saat ditemui di lapaknya di kawasan Donowati, Surabaya.

Tak hanya soal rasa, tahu campur juga membawa nilai sejarah dan identitas lokal. Mayoritas penjual tahu campur di Surabaya ternyata berasal dari desa yang sama, yakni Padenganploso, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan.

“Banyak yang nggak tahu, hampir semua penjual tahu campur di kota ini aslinya dari desa saya,” tambahnya.

Makanan tahu campur

Komposisi tahu campur cukup lengkap tahu goreng, irisan daging sapi, lentho (gorengan singkong dan kacang), mi kuning, tauge, dan selada segar, lalu disiram kuah petis yang gurih dan kental. Kombinasi rasa gurih, manis, dan sedikit asam dari petis membuatnya unik dan nikmat, apalagi disantap hangat dengan kerupuk.

Pada 4 Juni 2025, saya sempat berbincang langsung dengan Bapak Hari di lapak tetapnya yang berada di depan Masjid Al-Amin, Donowati. Ia menjelaskan bahwa dulunya ia berjualan keliling, namun kini menetap dan buka setiap hari mulai pukul 1 siang hingga 9 malam.

Terkait harga, Bapak Hari mengakui ada kenaikan seiring meningkatnya biaya bahan baku.

“Ya jelas beda. Zaman dulu masih murah semua, sekarang harga bahan naik, jadi harga jual juga ikut naik,” ungkapnya.

Meski begitu, pelanggan tetap datang setiap hari. Bagi banyak orang, semangkuk tahu campur bukan hanya soal makan, tapi juga tentang kenangan masa kecil dan rasa rindu pada kampung halaman.

Dalam era modern seperti sekarang, keberadaan tahu campur yang tetap bertahan menunjukkan bahwa kuliner tradisional masih punya tempat di hati masyarakat. Dan berkat pelaku usaha seperti Bapak Hari, warisan rasa khas Lamongan ini terus hidup dan dikenal luas.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswi UBHARA Sampaikan Informasi Perguruan Tinggi ke MA Darul Ulum Waru

Melestarikan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya

Moen Moen Tempat Favorit Penikmat Steak Terjangkau di Royal Plaza Surabaya